2025: Konten EGC, siap menggebrak

Tahun 2025 , dunia digital akan menghadirkan tren baru yang akan mengubah cara kita melihat konten pemasaran. Jika selama ini kita sering mendengar tentang UGC (User Generated Content), sekarang saatnya kita mengenal EGC (Employee Generated Content). EGC bukan hanya sekadar tren, melainkan sebuah pendekatan yang lebih dekat dengan audiens karena melibatkan orang-orang di balik layar brand itu sendiri.

Apa Itu EGC?

UGC sudah cukup dikenal, kan? Konten yang dibuat oleh pelanggan yang merasa puas atau terinspirasi dengan produk atau layanan. Namun, di sisi lain, EGC datang dari karyawan atau bahkan pemilik brand itu sendiri. Konten ini bisa berbentuk cerita tentang produk, aktivitas tim, hingga budaya kerja di perusahaan. Lebih personal, lebih dekat, dan lebih manusiawi. Itulah yang membuat EGC semakin menarik di mata audiens yang kini makin kritis dan mencari transparansi dalam memilih brand.

2

Baca Juga : Mengenal Sistem Kepatuhan Moderasi Konten (SAMAN): Upaya Baru untuk Ruang Digital yang Lebih Aman

Kenapa EGC Bisa Bikin Brand Lebih Relatable?

Melalui EGC, kita nggak cuma tahu produk atau layanan yang ditawarkan, tapi juga kisah di baliknya. Bagaimana tim bekerja, nilai-nilai yang dipegang, atau bahkan tantangan yang dihadapi perusahaan. Ini memberikan dimensi yang lebih dalam terhadap brand, membuat audiens merasa lebih terhubung. Mereka jadi tahu, "Oh, jadi begini ya perusahaan ini berjalan?" Dan itu menciptakan hubungan yang lebih kuat daripada sekadar iklan.

3

Baca Juga : 4 Gebrakan Ekonomi dari Presiden Baru: Langkah Besar Prabowo

Meningkatkan Kepercayaan Customer Lewat EGC

Kepercayaan adalah hal yang paling berharga dalam dunia bisnis. EGC membantu membangun itu dengan cara yang autentik. Melalui konten yang mengungkapkan sisi manusiawi perusahaan, customer merasa lebih dekat dan lebih percaya. Mereka bukan cuma melihat produk dijual dengan kata-kata indah, tapi juga melihat proses, kesulitan, dan semangat tim di baliknya. Konten EGC ini membuat customer merasa mereka tahu siapa yang sebenarnya ada di balik brand tersebut.

4

Baca Juga : Strategi di Balik Penutupan 400 Gerai Alfamart

Konten Kantor = EGC

Mungkin kalian sering melihat konten yang diambil di kantor atau di tempat kerja, kan? Nah, itu adalah contoh nyata dari EGC. Gak cuma tentang produk, tetapi juga tentang bagaimana budaya di tempat kerja mencerminkan nilai-nilai brand. Bisa berupa aktivitas sehari-hari tim, momen-momen kerja bareng, atau bahkan kisah dari orang-orang yang terlibat langsung dalam perusahaan. Itulah kenapa konten EGC terasa lebih personal dan jauh dari kesan iklan yang kaku.

5

Baca Juga : Menyongsong Tahun 2025: Apa yang Akan Mengubah Perilaku Konsumen?

EGC vs UGC: Siapa Pemenangnya?

UGC masih menjadi pilihan populer, apalagi dengan banyaknya influencer atau pelanggan yang berbagi pengalaman mereka. Namun, EGC memiliki kekuatan yang lebih karena datang dari dalam perusahaan. Karyawan atau pemilik brand yang berbagi cerita tentang produk atau proses kerja mereka memberikan sentuhan yang lebih autentik. Keduanya punya tempatnya masing-masing, tapi EGC semakin menunjukkan dirinya sebagai pilihan yang semakin penting di dunia pemasaran.

6

Baca Juga : Rekomendasi Perpustakaan Gratis di Wilayah Jakarta: Tempat Nyaman untuk Bekerja dan Belajar

Kenapa EGC Semakin Ngetren?

Seiring waktu, audiens semakin mencari transparansi. Mereka ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana perusahaan bekerja, bukan hanya tentang produk yang dijual. EGC memberikan wawasan yang lebih dalam dan menunjukkan bahwa brand ini tidak hanya peduli tentang penjualan, tapi juga tentang orang-orang yang ada di dalamnya. Ini yang membuat EGC semakin relevan di era sekarang.

Tim EGC atau UGC? Komen di Bawah!

Nah, sekarang kita tanya, kamu lebih suka konten yang dibuat oleh pelanggan atau yang datang langsung dari orang dalam brand? Apakah kamu merasa lebih terhubung dengan konten EGC yang autentik, atau kamu lebih suka melihat testimoni dari pengguna? Yuk, kasih pendapat kamu di kolom komentar!

Scroll to Top